TAHUN BARU ISLAM 1 Muharram 1444 H

SEJARAH TAHUN BARU ISLAM

  Tahun baru Islam, merupakan perhitungan waktu yang berdasar kepada kalender Hijriah atau kalender Islam. Momentum ini, jelas merupakan momentum khusus bagi seluruh Umat Muslim. Sejarah tahun baru Islam sendiri, memiliki sejarah atau asal usul baik dari segi pembentukan, serta keutamaan yang mengikutinya.

  Asal usul penanggalan kalender Islam dimulai ketika seorang Gubernur Abu Musa Al-Asy’ari menuliskan surat yang diberikan kepada Khalifah Umar Bin Khattab RA. Kepada pemimpin tersebut, Ia mengaku bingung perihal surat yang tidak memiliki tahun. Hal inilah yang menyulitkannya saat penyimpanan dokumen atau pengarsipan. Kondisi inilah yang mendasari dibuatnya kalender Islam, yang mana saat itu Umat Muslim masih mengadopsi peradaban Arab pra-Islam tanpa angka tahun, hanya sebatas bulan dan tanggal.

  Rasulullah SAW sendiri menggunakan kalendar ini sebagai penyempurnaan waktu. Misal saja, mengembalikan bulan menjadi 12 dan tidak memaju mundurkan bulan atau hari yang semestinya masyarakat jahiliyah ketika itu. Allah SWT sendiri berfirman pada Al-Quran Surat At Taubah ayat 36-37, melalui posisi bulan atau hilal.

  Perumusan kemudian diprakarsai oleh Khalifah Umar yang memanggil Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf RA, Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam RA, Sa’ad bin Waqqas hingga Thalhah bin Ubaidillah untuk penyusunan kalender Islam.

  Dalam perumusan tersebut, kemudian disepakati untuk menggunakan sistem kalender yang ada (pra Islam) untuk selanjutnya disempurnakan Rasulullah SAW. Meski kala itu, terdapat perbedaan pendapat dimana beberapa mengusulkan menggunakan milad Rasulullah SAW, namun ada yang mengusulkan dengan peristiwa Isra’ Mi’raj kala Rasulullah menerima wahyu dan diangkat sebagai nabi. Barulah ketika Ali bin Abi Thalib mengusulkan peristiwa hijrah Rasulullah SAW dari Mekah ke Yatsrib. Pengajuan ini, dianggap sebagai momentum besar bagi Islam yang mana hijrah merupakan simbol perpindahan masa jahiliyah ke masyarakat madani.

  Untuk itu, penting untuk menjadikan peristiwa hijrah sebagai tonggak awal kalender Islam dibanding hari kelahiran Rasulullah, karena dianggap mengarah ke kultus individu yang tak seharusnya ada di dalam Islam. Pendapat inilah yang kemudian disetujui oleh seluruh sahabat, dan dibuatlah kalender Islam dengan nama kalender Hijriyah. Penetapannya, dilakukan pada tahun 1 Hijriyah atau 17 tahun pasca hijrah nabi (638 Masehi).

  Pada penerapannya, kalender Hijriyah menggunakan sistem peredaran bulan atau qomariyah, tak sama dengan Masehi yang masih mengandalkan matahari atau Syamsiah. Tak hanya itu, pergantian hari kalender masehi dimulai sejak pukul 12 malam, yang berganti saat matahari terbenam. Hal inilah yang membuat kalender hijriah lebih pendek yakni hanya 11 hari dibanding Masehi.

MAKNA TAHUN BARU ISLAM BAGI UMAT MUSLIM

  Ada peristiwa penting yang terjadi sehingga muncul penanggalan hijriah, yaitu hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah. Peristiwa tersebut merupakan momen yang sangat bersejarah bagi umat Muslim karena semenjak itu agama Islam berkembang pesat di sebagian besar daerah Jazirah Arab. Penanggalan Hijriah yang diawali pada 1 Muharram digagas oleh sahabat nabi yaitu Ali bin Abi Thalib, sebagai tanda hijrah Nabi Muhammad. Dalam menyambut dan memperingati tahun baru Islam, umat Muslim diharapkan memaknainya dengan membuka lembaran baru serta mensyukuri segala nikmat yang telah Allah berikan.

1. Momentum Pergantian Tahun

   Makna tahun baru 1 Muharram bagi umat Muslim yang pertama adalah sebuah momentum adanya pergantian tahun. Tentu ini menandakan akan perubahan tahun Hijriyah dari tahun sebelumnya ke tahun yang baru. Momen pergantian tahun baru Islam bagi beberapa umat sering dirayakan dengan berbagai aktivitas berbeda, seperti sembari membaca Al-Qur’an dan berzikir muji nama Allah SWT.

2. Memperingati Nabi Muhammad SAW Hijrah

   Tahun baru Islam memiliki arti hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Makkah menuju ke Madinah dan menjadi peristiwa penting lahirnya Islam sebagai agama yang berjaya. Dari hijrah tersebut, Islam mulai mengalami perkembangan yang pesat dan semakin meluas sampai ke Makkah dan beberapa daerah di sekitarnya. Nabi Muhammad SAW melakukan hijrah bukan tanpa alasan, namun karena memperoleh wahyu dan juga sebuah respons untuk menanggapi masyarakat Arab yang tidak terlalu berkenan dengan ajaran Islam. Dengan hijrahnya Nabi Muhammad tersebut, Islam mulai mengalami peningkatan dalam menunjukkan diri dan menjadi negara Islam [Daulah Islamiyah] terbentuk. Daulah Islamiyah di zaman Nabi Muhammad sangat menjunjung tinggi toleransi yang termaktub dalam Piagam Madinah.

3. Semangat Perjuangan Tanpa Putus Asa

   Makna tahun baru Islam yang berikutnya dapat diartikan sebagai semangat perjuangan tanpa mengenal rasa putus asa serta optimisme yang tinggi, yakni semangat hijrah dari hal buruk menuju hal yang lebih baik. Rasulullah SAW serta para sahabatnya melawan rasa sedih dan takut saat hijrah, di mana mereka harus meninggalkan tanah kelahiran, saudara dan harta benda yang mereka miliki.

4. Bukti Betapa Maha Adilnya Allah SWT

   Tidak seperti tahun Masehi di mana permulaan hari atau pergantian hari terjadi di jam 00:01, tahun baru Islam dimulai saat matahari terbenam atau munculnya bulan. Inilah yang menyebabkan Tahun Masehi dari Isa Al Masih dalam Islam dinamakan Tahun Syamsyiah (matahari), sementara untuk tahun Hijriah atau tahun Islam dinamakan tahun Qamariah (bulan). Bukti dari Maha Adil Allah SWT akan terlihat pada daerah dekat ekuator atau khatulistiwa seperti Indonesia, Malaysia, dan beberapa negara Arab yang merupakan negara dengan umat Islam terbesar, fluktuasi lamanya berpuasa untuk setiap tahun hampir tidak banyak memiliki perbedaan. Hal ini tidak terjadi di beberapa belahan bumi lain di mana waktu berpuasa bisa lebih singkat atau lebih lama.

5. Momen Muhasabah atau Introspeksi Diri

   Makna tahun baru Islam yang berikutnya adalah sebagai momen introspeksi diri atau muhasabah. Dengan memasuki tahun baru Islam atau Hijriah, kita akan memasuki 1 Muharram yang berarti sudah meninggalkan tahun yang sudah berlalu dan memasuki tahun yang baru. Dalam menyambut tahun baru Islam, kita bisa merenungkan perbuatan kita di tahun-tahun sebelumnya dan merencanakan tujuan di tahun yang baru ini dengan resolusi-resolusi yang Anda tentukan sendiri. Tentunya resolusi ini merupakan resolusi yang baik dan harus diiringi oleh usaha yang tekun dan berdoa yang tanpa henti, berharap kepada Allah ta’ala.

6. Momen Menuju Kebaikan

   Makna tahun baru Islam memiliki makna bahwa terjadinya perubahan pada sesuatu yang menuju kebaikan, memiliki manfaat untuk seluruh manusia dan untuk semua alam semesta dengan menggunakan semangat damai penuh kasih sayang. Hal ini membuat tujuan Allah SWT menurunkan Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin. “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah : 218)

7. Pengingat akan Pentingnya Berakhlak Mulia

   Makna tahun baru Islam yang selanjutnya adalah dapat menjadi pengingat dari pentingnya akhlak mulia. Tentu sering kita dengar bahwa berilmu saja tidak berguna jika Anda tidak berakhlak. Akhlak mulia akan menjadi pendorong Anda untuk dapat terus berbuat baik dan menebar kebaikan kepada banyak orang, yang kemudian hasil kebaikan itu akan Andai tuai kembali di kemudian hari.

8. Menghindari Kultus Individu

   Penentuan tahun baru Islam tidak didasari dengan kelahiran, namun pada peristiwa. Hal ini memperlihatkan Islam merupakan agama yang progresif, bergerak terus maju, tidak stagnan, dan bergerak dari satu peristiwa menuju ke peristiwa yang lainnya sesuai perkembangan zaman, kebutuhan tempat dan kebutuhan manusia yang hidup pada saat tersebut.

PERINGATAN TAHUN BARU ISLAM DI INDONESIA
1. Tradisi Tabuik, Pariaman

   Di Pariaman, Sumatra Barat, orang menyambut Tahun Baru Islam melalui gelaran upacara Tabuik atau Tabut. Tradisi ini memperingati hari Asyura pada 10 Muharram. Upacara ini dilakukan untuk mengenang gugurnya Imam Husain Cucu, Nabi Muhammad SAW. Upacara serupa juga terdapat di Bengkulu yang dikenal dengan Tabot. Tabuik diambil dari bahasa Arab yang berarti peti kayu. Di Pariaman sendiri, tabuik menyerupai patung buraq, seekor kuda bersayap dengan kepala perempuan. Patung Tabuik terbuat dari bambu, rotan, dan kertas. Pada punggungnya, terdapat sebuah peti yang berisi perhiasan dekoratif dan payung. Tradisi tersebut dilakukan dengan serangkaian pembuatan tabuik dari 1 Muharram hingga 10 Muharram. Pada 10 Muharram, tabuik diarak dan dibuang ke laut.

2. Grebeg Suro, Ponorogo

   Masyarakat Ponorogo merayakan Tahun Baru Islam dengan tradisi Grebeg Suro. Pada tradisi ini masyarakat menggelar pawai, kirab sejarah, larungan doa, dan seni reog. Warga di Ponorogo, Jawa Timur juga mengadakan tirakatan, yaitu tidak tidur semalaman untuk menyambut tahun baru Islam.

3. Tradisi 1 Suro Kirab Kebo Bule, Surakarta

   Orang Jawa menyebut 1 Muharram dengan 1 Suro. Di sejumlah daerah di Jawa digelar tradisi 1 suro. Tradisi 1 suro di Jawa berawal dari Sultan Agung yang menyebarkan Islam melalui pemaduan ajaran dengan tradisi Jawa. Di Keraton Surakarta, Solo, Jawa Tengah setiap malam 1 Suro digelar kirab kebo bule yang berarti iring-iringan kerbau berkulit putih seperti bule. Kerbau memiliki makna yang sangat penting dalam sejarah Keraton Surakarta.

4. Upacara Bubur Suro, Jawa Barat

   Masyarakat Sunda menyambut Tahun Baru Islam dengan Upacara Bubur Suro. Upacara ini dilakukan untuk memperingati tahun baru Islam dan mengenang peristiwa 10 Muharram. Biasanya, masyarakat Sunda akan menyiapkan bubur merah dan bubur putih yang disajikan secara terpisah lalu dibawa ke masjid. Di masjid, orang-orang lantas melakukan sejumlah tradisi untuk memperingati tahun baru Islam.

5. Tradisi Nganggung, Bangka Belitung

   Masyarakat Bangka Belitung merayakan Tahun Baru Islam atau 1 Muharram dengan tradisi Nganggung, yang berarti makan bersama. Warga bakal berkumpul dan menikmati makanan yang disajikan secara bersama-sama.

Amalan yang baik berasal dari hati yang baik. Bersihkanlah hati dan lembutkan tutur kata. Mari sambut Tahun Baru Islam dengan penuh suka cita. Selamat Tahun Baru Islam 1 Muharram 1444 H.
-KEMENTERIAN MEDINFO-

SUMBER
https://www.gramedia.com/literasi/sejarah-tahun-baru-islam/
https://www.bola.com/ragam/read/4627302/8-makna-tahun-baru-islam-bagi-umat-muslim-penting-untuk-dipahami
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20210809103351-284-678104/mengenal-5-tradisi-perayaan-tahun-baru-islam-di-indonesia