TOXIC PRODUCTIVITY

  Menjadi produktif dalam suatu pekerjaan merupakan hal yang baik, dimana kita dapat menggunakan waktu secara maksimal untuk menyelesaikan pekerjaan. Akan tetapi suatu hal yang dilakukan secara berlebihan tidaklah baik dan dapat membahayakan diri sendiri. Berusaha untuk terus menerus menjadi produktif dengan melakukan banyak hal sekaligus dalam satu hari dapat menyebabkan burnout atau stres berat, yang mana nantinya dapat beresiko mengalami masalah kesehatan mental.

  Toxic productivity sendiri merupakan istilah lain untuk mendefinisikan keadaan workaholic atau gila kerja. Toxic productivity merupakan kondisi yang tidak sehat untuk memaksakan diri produktif setiap saat. Kondisi ini tak berhenti ketika tugas yang dikerjakan sudah selesai, melainkan ketika tugas sudah selesai malah akan merasa bersalah jika tak ada hal yang bisa dikerjakan lagi.

  Menurut Esquer, toxic productivity ddapat menyebabkan burnout yang membuat kita menjadi kurang produktif. Selain itu, Milasas juga menambahkan bahwa produktivitas berlebih dapat mempengaruhi hubunganmu dengan orang lain. Kamu mungkin menjadi pemarah dan frustasi dengan orang-orang di dekat kamu. Oleh karena itu, toxic productivity sebaiknya jangan dibiarkan dan segera lakukan cara-cara untuk menyeimbangkan kembali kehidupan pekerjaan kamu dengan waktu beristirahat yang cukup.

Bagaimana cara mengatasi toxic productivity??

Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi toxxic productivity, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Membuat Personal Boundaries

  Boundaries sendiri adalah batasan. Batasan untuk diri sendiri bukan berarti membatasi diri untuk tidak melakukan segala sesuatu, tetapi membatasi hal yang harus dilakukan. Daripada menjadi tipe deadliner, atau mengerjakan tugas dengan sistem kebut semalam. Lebih baik kamu membuat batasan waktu, misalnya 2 jam mengerjakan tugas, 1 jam untuk membaca buku, 30 menit untuk bersantai dan sebagainya. Cara seperti ini lebih efektif karena hasil dari mengerjakan tugas dalam waktu maksimal 2 jam akan terasa sama saja dengan hasil tugas yang dikerjakan berhari-hari. Karena hakikatnya kita sebagai individu ketika mendapatkan tekanan, maka otak kita akan berpacu lebih keras untuk menyelesaikan hal tersebut.

2. Membuat Skala Prioritas

  Skala prioritas ini dapat dilakukan dengan membuat buku agenda baik dalam bentuk tulisan atau menggunakan aplikasi untuk membantu dalam menyusun dan mengingattkan jadwal kegiatanmu. Dengan ini kita dapat memilih kegiattan mana yang lebih penting ataupun keggiatan mana yang harus dilakukan terlebih dahulu.

3. Mengimbangi Kerja Keras dan Kerja Cerdas

  Kerja keras bisa tergolong dalam toxic productivity aapabila tidak diimbangi dengan kerja cerdas. Umumnya kerja keras ini akan mengerahkan segala kemampuan diri untuk menyelesaikan sesuatu, sedangkan kerja cerdas lebih menggunakan kemampuan intelektual untuk mengatur waktu dan prioritas. Walaupun sudah membuat to-do-list sebagai skala prioritas, jangan sampai terpaku pada jadwal tersebut. Hal ini malah akan membuat hidup menjadi monoton dan membosankan.

4. Memberi Jeda untuk Istirahat

  Istirahat sangat penting untuk dilakukan ketika kita merasa kelelahan. Sebagai pelajar istirahat cukup dan makanan bergizi mampu mengurangi tingkat stress. Jika tingkat stress yang dimiliki rendah, maka penyakit akan malas menyerang tubuh. Jadi kita akan lebih leluasa menjalani produktivitas jika tubuh berada dalam keadaan sehat. Jangan pernah memaksakan makan sambil mengerjakan tugas sampai-sampai tidak menikmati makanan tersebut. Kemudian jangan gunakan juga waktu istirahatmu untuk mengerjakan hal lain. Manfaatkan waktu istirahatmu hanya untuk hal-hal yang menyegarkan pikiran.