Mahasiswa Mengaku Tak Mampu Demi Kuliah Gratis
Biaya Pendidikan Mahasiswa Miskin Berprestasi atau yang disebut Bidikmisi adalah bantuan biaya pendidikan dari pemerintah bagi lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat yang memiliki potensi akademik baik tetapi memiliki keterbatasan ekonomi. Berbeda dengan Beasiswa, Program Bidik Misi yang diberikan oleh Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) lebih berfokus pada masyarakat yang memiliki keterbatasan ekonomi. Besaran Biaya Bidikmisi yang diterima oleh mahasisswa tidaklah kecil, yaitu sebesar 6.6 Juta Rupiah /Semester yang terdiri atas 2 komponen :
1. Bantuan biaya penyelenggaraan pendidikan sebesar Rp2.400.000,00 (dua juta empat ratus ribu rupiah) per-semester per-mahasiswa.
2. Bantuan biaya hidup yang dibayarkan ke rekening mahasiswa sebesar Rp 4.200.000,00 (empat juta dua ratus ribu rupiah) per-semester per mahasiswa yang ditetapkan dengan SK Rektor/Direktur/Ketua.
Selain kedua biaya tersebut, Penerima Bidikmisi tidak dibebankan biaya pendidikan apapun kecuali biaya pendidikan lainnya yang tidak wajib seperti field trip, biaya kerja lapangan, biaya penunjang pendidikan seperti jas almamater/buku teks, dan biaya wisuda.
Setelah mengetahu apa itu bidik misi, pernahkah dari kalian melihat beberapa teman yang menerima Bidik Misi tapi memiliki gaya yang selangit?. Hal tersebut merupakan masalah yang tak kunjung selesai dari persoalan Bidik Misi, bahkan hingga saat ini, program bidik misi dinilai masih salah sasaran. Banyak penerima bidik misi yang masih memiliki perekonomian atas atau tergolong mampu, hal ini dibuktikan dengan banyaknya penerima bidikmisi yang suka hedon ataupun suka membeli barang barang mewah. Persoalan tersebut dikarenakan persyaratan bidik misi yang tergolong mudah, yaitu dengan memberikan surat Keterangan Tidak Mampu atau SKTM. Beberapa orang yang berada pada perekonomian atas yang masih memiliki hati Nurani mungkin masih enggan untuk membuat SKTM, namun tidak bagi para oknum yang memanfaatkan hal tersebut untuk mendapatkan uang secara gratis tiap bulannya. Mereka yang mendapat bidikmisi bukan tergolong sebagai tidak mampu, tapi karena mendapatkan surat SKTM dari kantor desa yang kooperatif dan benar-benar melayani warganya dengan baik. Sudah beberapa kali saya menemukan orang-orang seperti ini yang memiliki kendaraan mahal, dan rumah yang sangat besar tapi merupakan penerima bidik misi.
Banyaknya penerima bidikmisi yang benar-benar membutuhkan juga tidaklah sedikit. Dari seluruh penerima bidik misi, mungkin hanya sekitar 3-4 % yang tidak tepat sasaran. Banyaknya angka tersebut juga bukan merupakan kesalahan dari para pendaftar bidik misi, faktor lain dari perguruan tinggi sendiri juga mempengaruhi jumlah tersebut. Seleksi yang dilakukan oleh Perguruan Tinggi kurang bisa memenuhi kriteria yang dibutuhkan dalam mendaftar bidik misi. Banyak para pendaftar bidik misi yang tidak melalui proses kunjungan dalam seleksinya, padahal proses ini dirasa penting untuk melihat kondisi asli yang dialami para calon bidik misi agar sasaran yang diinginkan terpenuhi. Pemerintah juga mengambil peran penting dalam memutus kiriman dana pada Penerima bidik misi yang menggunakan biodata palsu untuk mendaftar.
Dilihat dari faktor lain, kita tidak bisa 100% menyalahkan para penerima bidik misi, karena disitu juga terdapat campur tangan perguruan tinggi dan pemerintah. Dari beberapa penerima bidik misi, juga masih banyak yang memang benar-benar membutuhkan. Apakah peserta bidik misi hanya boleh memakai baju compang camping seperti pengemis? mereka juga bisa menggunakan baju yang layak ataupun membeli barang barang mewah. Jangan hanya memandang penerima bidik misi sebelah mata hanya karena satu atau dua mewah-mewahan dengan uang yang didapatnya. Bahwasanya, faktor nilai dan pengetahuan juga masuk kriteria penilaian dalam pendaftaran bidik misi. Bidik Misi ini juga diperuntukkan bagi para lulusan SMA yang memiliki kemampuan dan prestasi akademik yang bagus. Kita sebagai teman, juga bisa melaporkan penerima bidik misi yang tidak sesuai dari kriteria yang ditetapkan, tapi jangan melihat dari penampilannya saja, mungkin penampilannya tidak mencerminkan orang miskin tapi latar belakang kehidupannya tak semewah yang kita lihat.