MALNUTRISI PENYEBAB STUNTING
Halo warga MIPA!!!
Pernahkah kalian mendengar “stunting”? Apa sih stunting itu? Stunting adalah salah satu keadaan malnutrisi yang berhubungan dengan ketidakcukupan zat gizi masa lalu sehingga termasuk dalam masalah gizi yang bersifat kronis. Malnutrisi merupakan suatu dampak keadaan status gizi baik dalam jangka waktu pendek maupun jangka waktu lama. Stunting menurut WHO Child Growth Standart didasarkan pada indeks panjang badan dibanding umur (PB/U) atau tinggi badan dibanding umur (TB/U) dengan batas (z-score) kurang dari -2 SD. Stunting berpotensi memperlambat perkembangan otak, dengan dampak jangka panjang berupa keterbelakangan mental, rendahnya kemampuan belajar, dan risiko serangan penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, hingga obesitas (Kusuma, 2013).
Tingkat stunting sebagai dampak kurang gizi pada balita di Indonesia melampaui batas yang ditetapkan WHO. Kasus stunting banyak ditemukan di daerah dengan kemiskinan tinggi dan tingkat pendidikan yang rendah. Indonesia digadang-gadang menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia dalam beberapa dekade mendatang. PricewaterhouseCoopers (PWC), misalnya, memprediksi ekonomi Indonesia masuk dalam lima besar dunia pada 2030, bahkan menjadi ke-4 negara dengan ekonomi terbesar di dunia pada tahun 2050 nanti. Jika itu terjadi, posisi Indonesia hanya akan ada di bawah Tiongkok, India dan Amerika Serikat.
Prediksi tersebut didasarkan pada pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dianggap stabil, dan populasi yang besar. Dari komposisi usia penduduk, pada 2030, 70 persen penduduk Indonesia berusia 15-64 tahun, atau berada dalam masa produktif. Komposisi ini disebut sebagai bonus demografi. Kelompok usia produktif inilah, yang jumlahnya diperkirakan 180 juta jiwa, yang akan menjadi motor penggerak perekonomian nasional.
Memang, angka stunting Indonesia menurun, dari 29 persen pada 2015 menjadi 27.6 persen tahun lalu. Adapun pada 2013, angka stunting nasional mencapai 37,2 persen. Namun, angka tersebut masih di atas batas yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu 20 persen. Persentase stunting Indonesia juga lebih tinggi dibanding sejumlah negara Asia Tenggara seperti Vietnam (23), Filipina (20), Malaysia (17), dan Thailand (16).
GEJALA
Berikut ini gejala stunting berdasarkan WHO (World Health Organization/Organisasi Kesehatan Dunia):
Memiliki tinggi badan yang rendah.
1) Tumbuh lebih lambat dari yang seharusnya.
2) Perkembangan lambat seperti dalam bicara, berjalan, tumbuh gigi, atau tahapan bayi normal lainnya.
3) Apabila mencurigai gejala tersebut pada anak, mohon segera konsultasi ke dokter. Anda dapat memperbaiki kesehatan anak dalam 1,000 hari pertama kehidupannya (sampai usia 2 tahun) dengan memberi nutrisi terbaik untuk anak.
PENYEBAB
1) Kurangnya gizi pada ibu hamil
2) Infeksi atau penyakit menular
3) Kurang gizi
4) Pola Pengasuhan yang tidak memadai
5) Faktor lingkungan
CARA MENGATASI
1) Penuhi nutrisi selama kehamilan
2) Penuhi nutrisi anak dengan optimal
3) Mempraktikkan kebersihan yang benar
4) Mengatasi anak yang susah makan
5) Konsultasi dengan tim pelayanan kesehatan
Yuk, jaga keseimbangan gizi mulai sekarang. Terapkan kebiasaan-kebiasaan positif dan mulai rubah pola hidup menjadi lebih sehat. Cegah stunting mulai sekarang dengan penuhi gizi sesuai kebutuhan.
-KEMENTERIAN MEDINFO-
SUMBER :
Kusuma, K. E., & Nuryanto, N. 2013. Faktor risiko kejadian stunting pada anak usia 2-3 tahun (Studi di Kecamatan Semarang Timur). Journal of Nutrition College. 2(4): 523-530.
http://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/subdit-penyakit-diabetes-melitus-dan-gangguan-metabolik/stunting-ancaman-generasi-masa-depan-indonesia
https://www.nestlehealthscience.co.id/artikel/masalah-stunting-pada-anak