HARI BANDUNG LAUTAN API
Hallo Sobat MIPA!!
Tepat 76 tahun lalu telah terjadi suatu peristiwa pembumihangusan kota Bandung yang dilakukan oleh masyarakat Bandung sebagai bentuk respon atas ultimatum oleh Sekutu yang memerintahkan untuk mengosongkan Bandung, sehingga tanggal 24 Maret kini dikenal sebagai Hari Peringatan Bandung Lautan Api. Bandung Lautan Api adalah satu dari sekian banyak kepingan sejarah, yang mewarnai perjalanan hidup bangsa dan negara kesatuan Republik Indonesia. Meskipun terjadi di Bandung, Banyak di antara warga kota Bandung sendiri yang tidak mengenal peristiwa ini secara pasti dan jelas. Bandung Lautan Api dalam sejarah kemerdekaan Indonesia ini ditandai dengan pengosongan dan pembakaran Bandung oleh rakyat dan tentara agar tidak dijadikan markas pasukan Sekutu dan NICA (Belanda). Bagaimana kronologinya? Yukk simak kisahnya.
Kembalinya Inggris ke Bandung
Pasukan RAPWI (Recovery of Allied Prisoners of War and Interness) dipimpin Kapten Gray dan Intercross (Palang Merah Internasional), Menjadi awal kedatangan Inggris di kota Bandung. Kedatangan mereka dilanjutkan dengan keluarnya perintah kepada Inggris. Tentu saja perintah tersebut ditolak mentah-mentah oleh para pejuang. Akhirnya, sambutan rakyat Indonesia terhadap Inggris dan NICA meriah dengan caci maki dan serangan-serangan terhadap NICA maupun pasukan Inggris, yang dianggap membantu NICA.
Pada 27 November 1945. MacDonald menyampaikan ultimatum kepada Gubernur Jawa Barat agar segera mengosongkan wilayah Bandung Utara termasuk pasukan bersenjata selambat-lambatnya pukul 12.00 tanggal 29 November 1945. Apabila sampai batas waktu tersebut masih ada penduduk pribumi di utara, mereka akan ditangkap dan akan ditembak mati. MacDonald juga menegaskan bahwa markas RAPWI dan Jepang tidak boleh didekati dalam jarak 200 meter. Jika dilanggar maka akan lepas tembakan.
Dengan adanya ultimatum tersebut, Sekutu membagi kota Bandung Utara menjadi wilayah kekuasaan mereka sedangkan Bandung Selatan kekuasaan pemerintah RI. Namun, para pejuang Indonesia tidak menyerah. Pasukan Indonesia justru menjawab Ultimatum dengan mendirikan pos-pos gerilya di berbagai tempat.
Ultimatum Kedua
Pada tanggal 23 Maret 1946, sekutu menyampaikan ultimatum kedua kepada Perdana Menteri Syahrir agar selambat-lambatnya mulai pukul 00.00 pada 24 Maret 1946, pasukan Indonesia harus sudah meninggalkan Bandung Selatan sejauh 10 sampai 11 kilometer dari pusat kota. Hanya pemerintah sipil, polisi, dan penduduk sipil yang diperbolehkan tinggal. Di samping itu, pasukan RI tidak boleh melakukan perusakan. Batas ultimatum adalah pada 24 Maret 1946, pukul 00.00. Apabila ultimatum tersebut tidak dilaksanakan. Inggris akan membombardir Bandung Selatan.
Peristiwa Bandung Lautan Api
Dengan alasan menyelamatkan Tentara Republik Indonesia (TRI) dari kehancuran, Syahrir mendesak Nasution agar memenuhi Ultimatum tersebut. Namun, Syahrir berpendapat bahwa TRI belum mampu menandingi kekuatan pasukan Sekutu. Pada akhirnya, Indonesia dan sekutu tidak mencapai kesepakatan. Namun, TRI mengambil jalan tengah yakni akan meninggalkan Bandung dengan cara membumihanguskan Bandung sebelum kota itu ditinggalkan.
Peledakan dan bumi hangus direncanakan sekitar pukul 24.00. Pembumihangusan itu ditandai ledakan pertama pada bangunan di sudut selatan Alun-alun Bandung yaitu Gedung Indische Restaurant (Gedung BRI sekarang). Namun ternyata rencana tersebut tidak berjalan seperti yang diharapkan. Ledakan dinamit pertama dierkirakan terjadi pukul 20.00 di Gedung Indische Restaurant. Karena belum waktunya meledak, pasukan lainnya menjadi panik. Mereka masih dalam tahap pemasangan dan persiapan pembakaran yang direncanakan dilakukan pukul 24.00. Walaupun tidak sesuai dengan rencana, peledakan tersebut diikuti peledakan dan pembakaran Gedung-gedung dan rumah penduduk.
Dengan berat hati dan demi terbebas dari penjajahan, rakyat beserta pasukan bersenjata akhirnya meninggalkan kota Bandung. Sejak peristiwa malam itu, tanggal 24 Maret 1946 kemudian dikenal dengan Bandung Lautan Api.
Asal Usul Istilah dan Dampak Peristiwa Bandung Lautan Api
Istilah “Bandung Lautan Api” muncul pula di Harian “Suara Merdeka” tanggal 26 Maret 1946. Seorang wartawan muda saat itu, yaitu Atje Bastaman, menyaksikan pemandangan pembakaran Bandung dari bukit itu, Atje Bastaman melihat Bandung yang memerah dari Cicadas sampai dengan Cimindi. Pemandangan yang sama yang dilihat oleh A.H Nasution bersama Rukana dari daerah Ciparay. “Jadi dengan ledakan itu, saya dengan Rukana naik ke atas, di tempat listrik. Melihat betul-betul dari Cimahi sampai Ujungberung sudah api semua itu.” (A.H Nasution. 1 Mei 1997) Setelah tiba di Tasikmalaya, Atje Bastaman segera menulis berita dan memberi judul “Bandung Jadi Lautan Api”. Namun, karena kurangnya ruang untuk tulisan judul tersebut, maka judul berita diperpendek menjadi “Bandung Lautan Api”, istilah “Bandung Lautan Api” menjadi semakin terkenal di kalangan penduduk dan pejuang Bandung Selatan.
Terdapat beberpa dampak yang timbul dari peristiwa Bandung Lautan Api terhadap perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI. Dampak ini tidak hanya terhadap kota Bandung, tetapi juga terhadap politik diplomasi tingkat nasional. Dampak lain dari pengosongan kota Bandung adalah terjadinya pengambilalihan tanah dan rumah penduduk yang ditinggalkan ketika mengungsi oleh pihak lain, khususnya oleh antek-antek NICA. Kebanyakan, para “perampas” tersebut darikalangan entik Cina. Akibatnya, sering terjadi konflik antara pengungsi yang kembali ke kota Bandung dan “perampas” tanah rakyat tersebut. Dampak selanjutnya, menimbulkan konflik sosial yang berkepanjangan, yaitu berupa sikap anti-Cina.
Salah satu aspek penting yang harus di catat dalam peristiwa Bandung Lautan Api adalah kerelaan kaum republikein Bandung mengorbankan harta bendanya, keluar meninggalkan kota. Hal itu merupakan sebuah pengorbanan yang tidak ternilai harganya, demi tegaknya kehormatan dan kedaulatan Republik Rakyat Indonesia.
Jejak Rekam Peristiwa Bandung Lautan Api
Jejak rekam peristiwa bersejarah Bandung Lautan Api ini dapat ditemui di beberapa tempat di Kota Bandung. Rekam jejak peristiwa itu diabadikan dalam monumen, museum, maupun dalam wujud stilasi. Diantaranya seperti:
• Monumen Bandung Lautan Api
Monumen Bandung Lautan Api merupakan monumen yang dibuat untuk memperingati peristiwa Bandung Lautan Api. Monumen ini dirancang oleh seniman Sunaryo, dan berlokasi di Jalan Tegalega, Bandung.
• Monumen & Museum Perjuangan Rakyat Jawa Barat
Bandung Tourism (2012) Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat merupakan lambang manifestasi dari rakyat Jawa Barat dalam mempertahankan kemerdekaan yang berada di Bandung. Monumen ini melambangkan kegigihan rakyat Jawa Barat menumpas penjajah yang ingin menguasai negara kesatuan Republik Indonesia. Monumen ini berada di Kota Bandung tepatnya sebelah utara Gedung Sate Bandung.
Di monumen ini terdapat relief-relief mengenai perjuangan rakyat Jawa Barat dalam melawan penjajah. Kedua pintu besi yang menuju ke sebuah ruang di bawah monumen, dan seharusnya di ruangan itu terdapat perpustakaan, diorama perjuangan rakyat Jawa Barat, dan auditorium. Tetapi dari berdirinya monumen itu, sekitar tahun 1996 sampai sekarang, belum dibuka. Palem botol yang tinggi berjajar menghubungkan antara monumen dan Jalan Surapati, cukup menghadirkan susasana monumental. Taman kota yang merupakan public space ini, lumayan bisa meredam karbondioksida dan dapat menampung segala aktivitas masyarakat.
• Stilasi Bandung Lautan Api
Stilasi Bandung Lautan Api merupakan tanda sejarah Bandung Lautan Api sebagai jejak perjuangan masyarakat Bandung dan para TKR ketika itu. Stilasi ini berjumlah 10 stilasi dan peletakannya persis di titik-titik di wilayah yang menjadi jalur efakuasi ketika peristiwa Bandung Lautan Api terjadi. Stilasi tersebut berukuran tinggi sekitar 1,5m. Dibangun atas inisiatif dari pihak Paguyuban Pelestarian Budaya Bandung (Bandung Heritage) bekerjasama dengan American Express Bank Fondation (AMEX Bank Fondation) pada tahun 1997.
_______________________________________
KEMENTERIAN MEDINFO
KABINET RAKSABHINAYA
BEMF MIPA UNEJ 2022